sYAhaDaH KamI
Photobucket - Video and Image Hosting
Siapa Saya
Photobucket

saya ialah seorang manusia bukannya iron man.

Seorang manusia yang tak mahu kan nama dan pangkat kerna saya bukan lah perwira di alam ini.

Hanya menumpang di bumi ilahi yang penuh onak dan duri.

Cukup lah menjadi seorang yang suka menolong insan yang memerlukan pertolongan.

Kerna saya pun insan yang lemah.

Blog ini hanya lah sekadar mainan dikala keboringan.

Bukan lah menunjukkan ini adalah diri saya sama ada hebat mahu pun sebalik nya...

Harap di fahami...

sekian...

"Ingat lah dulu kita pernah merangkak jadi jangan lah kita angkuh setelah pandai belari"

.

No Henset +20106419822
YM - akubutanta@yahoo.com
YM - najib_misr@yahoo.com
G-mail - nagibphg@gmail
eDPMT

klik sini utk buka edpmt.org
Cakera Mawaddah

klik sini utk TEMPAHAN
Mutiara Kata
Munajat Hamba

"Wahai Tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami) : Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(Al-Baqarah : 127)

"Wahai Tuhan kami, jadikanlah kami berdua: orang-orang Islam (yang berserah diri) kepadaMU, dan jadikanlah daripada keturunan kami: umat Islam (yang berserah diri) kepadaMU, dan tunjukkanlah kepada kami syariat dan cara-cara ibadat kami, dan terimalah taubat kami; sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani."
(Al-Baqarah : 128)

"Wahai Tuhan kami, kurniakanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari azab neraka."
(Al-Baqarah : 201)


"Wahai Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran keatas kami, dan teguhkanlah tapak pendirian kami serta menangkanlah kami terhadap kaum yang kafir."
(Al-Baqarah : 250)

"Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
(Al-Baqarah : 286)

"Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau memesongkan hati kami sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan kurniakanlah kepada kami limpah rahmat dari sisiMU; Sesungguhnya Engkau jualah Tuhan Yang melimpah-limpah pemberianNYA."
(Aali-`Imran : 8)

"Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah yang akan menghimpunkan sekalian manusia, untuk (menerima balasan pada) suatu hari (hari kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Sesungguhnya ALLAH tidak memungkiri janjiNYA."
(Aali-`Imran : 9)

"Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, oleh itu, ampunkanlah dosa-dosa kami dan peliharalah kami dari azab neraka."
(Aali-`Imran : 16)

"Wahai Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan, dan kami mengikut RasulMU; oleh itu suratkanlah kami beserta orang-orang yang menjadi saksi (yang mengakui keesaanMU dan kebenaran RasulMU)."
(Aali-`Imran : 53)

"Wahai Tuhan kami, ampunkanlah dosa-dosa kami dan perbuatan kami yang melampau dalam urusan kami, dan teguhkanlah tapak pendirian kami (dalam perjuangan); dan tolonglah kami mencapai kemenangan terhadap kaum yang kafir."
(Aali-`Imran : 147)

Wahai Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
(Aali-`Imran : 191)

"Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti."
(Aali-`Imran : 193)

"Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami pahala yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui Rasul-RasulMU, dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat; sesungguhnya Engkau tidak memungkiri janji."
(Aali-`Imran : 194)

"Wahai Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan keNabian Muhammad SallALLAHu`alaihiwasalam)."
(Al-Maa`idah : 83)

"Wahai Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami satu hidangan dari langit, untuk menjadi hari raya bagi kami, iaitu bagi kami yang ada hari ini dan bagi orang-orang kami yang datang kemudian, dan sebagai satu tanda (mukjizat) daripadamu (yang menunjukkan kebesaran dan kekuasaanMU); dan kurniakanlah rezeki kepada kami, kerana Engkau jualah sebaik-baik Pemberi rezeki."
(Al-Maa`idah : 114)

"Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, nescaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi"
(Al-A`raaf : 23)

"Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim."
(Al-A`raaf : 47)

"Wahai Tuhan kami, hukumkanlah antara kami dan kaum kami dengan kebenaran (keadilan), kerana Engkau jualah sebaik-baik Hakim."
(Al-A`raaf : 89)

"Wahai Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepadaMU)."
(Al-A`raaf : 126)

"Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmatMU dari angkara kaum yang kafir."
(Yunus : 85-86)

"Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari memohon kepadaMu sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat) nya. dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, nescaya aku akan termasuk orang2 yang merugi."
(Hud : 47)

"Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami zahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi ALLAH, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit."
(Ibrahim : 38)

"Wahai Tuhanku, jadikanlah aku orang yang mendirikan solat dan demikianlah juga zuriat keturunanku. Wahai Tuhan kami, perkenankanlah doa permohonanku."
(Ibrahim : 40)

"Wahai Tuhan kami, berilah ampun bagiku dan bagi kedua ibu bapaku serta bagi orang-orang yang beriman, pada masa berlakunya hitungan amal dan pembalasan."
(Ibrahim : 41)

"Wahai Tuhanku, kurniakanlah rahmat kepada mereka berdua (ibubapa) sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil."
(Al-Israa` : 24)

"Wahai Tuhan kami, kurniakanlah kami rahmat dari sisiMU, dan berilah kemudahan-kemudahan serta pimpinan kepada kami untuk keselamatan agama kami."
(Al-Kahfi : 10 )

"Wahai Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku."
(Thaha : 25–28)

Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami takut bahawa ia akan segera menyeksa kami, atau ia akan melampau batas."
(Thaha : 45)

"Wahai Tuhanku, tambahkanlah kepadaku `ilmu pengetahuan."
(Thaha : 114)

"Wahai Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat."
(Al-Mu`minuun : 29)

"Wahai Tuhanku, aku berlindung kepadaMU dari bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepadaMU ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku."
(Al-Mu`minuun : 97-98)

"Wahai Tuhan kami, kami telah beriman; oleh itu ampunkanlah dosa kami serta berilah rahmat kepada kami, dan Engkaulah jua sebaik-baik Pemberi rahmat."
(Al-Mu`minuun : 109)

"Wahai Tuhanku, berikanlah ampun dan kurniakan rahmat, dan Engkaulah jua sebaik-baik Pemberi rahmat."
(Al-Mu`minuun : 118)

"Wahai Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman."
(Al-Furqan : 65 - 66)

"Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."
(Al-Furqan : 74)

"Wahai Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang soleh."
(Asy-Syu`araa : 83)

"Wahai Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMU yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu bapaku dan untuk mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan masukkanlah aku dengan RahmatMU ke dalam golongan hamba-hambaMU yang soleh."
(An-Naml : 19)

"Wahai Tuhan kami, RahmatMU dan `IlmuMU meliputi segala-galanya; maka berilah ampun kepada orang-orang yang bertaubat serta menurut jalanMU, dan peliharalah mereka dari azab neraka."
(Ghaafir : 7)

"Wahai Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam Syurga "`Adn" yang Engkau telah janjikan kepada mereka; dan (masukkanlah bersama-sama mereka): orang-orang yang layak di antara ibu bapa mereka, dan isteri-isteri mereka, serta keturunan mereka. Sesungguhnya Engkaulah jua Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar."
(Ghaafir : 8 - 9)

"Wahai Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Amat Melimpah Belas kasihan dan RahmatMU."
(Hashr : 10)

"Wahai Tuhan kami, kepada Engkaulah sahaja kami berserah diri, dan kepada Engkaulah kami rujuk bertaubat, serta kepada Engkaulah jua tempat kembali."
(al-Mumtahinah : 4)

"Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan pendirian dan keyakinan kami terpesong kerana penindasan orang-orang kafir, dan ampunkanlah dosa kami wahai Tuhan kami; sesungguhnya Engkaulah sahaja Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana."
(al-Mumtahinah : 5)

"Wahai Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan limpahkanlah keampunan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(at-Tahriim : 8)
MEdaN TArbIAh
Photobucket
test

Photobucket
ERTI SEORANG MUSLIM

PANDUAN DAIE

Photobucket
FIQH AL AULAWIYAT

ikLAn
Photobucket

selamat menempuh imtihan !!!
jangan lupa utk memasak
Semoga Allah memberi kejayaan kepada kita !!!
jangan lupa ke kuliah !!!







    Tukaran Wang Asing pada
    waktu semasa ialah

    Unit

    Daripada

    Kepada



UNdi ADalAh WAjiB

Ukhwah.com :: Top Blog

Azharian's Topsite
Malaysian Muslim Blogs

Peristiwa Syawal : Sayu Tha’if di Kala Keraian Kemenangan
Monday, October 20, 2008
Redup mata merenung ke arah lautan pasir nan meluas. Nun kelihatan di sana dua buah bukit yang memayungi sebuah lembah yang subur. Baginda Rasulullah SAW melihat suatu peluang yang tampaknya cerah. Mungkin inilah saat yang dinanti-nanti oleh pemeluk islam. Barangkali destinasi ini bakal mengurai seksaan yang tidak pernah kunjung lepas dari pundak muslimin. Kaum Quraisy makin mengganas dan makin liar dalam usaha menghancurkan dinullah.

Agama Allah ini perlu diselamatkan. Jalannya, hijrah. Hendak diperangi, bilangan masih sedikit. Hendak kata tidak berani, ramai sudah puak muslimin yang siapsiaga menghayun senjata. Namun, perintah Allah tetap dijunjung agung. Rasul ditaati sepenuhnya. Mungkin ini belum masanya lagi.

Di kala bulan Syawal, kaki di langkah ke arah bumi Taif, dtemani khadam baginda, Zaid Bin Harithah. Kedua-duanya berjalan dengan hati yang penuh pengharapan. Tidak alpa kepada peluang yang ada, baginda menyeru kabilah yang disinggahi dan dilewati dalam perjalan ke Taif. Namun, tiada yang menyambut baik seruan baginda. Semuanya ditolak mentah-mentah. Ini tidak melunturkan semangat baginda, malah memarakkan semangat untuk terus melangkah ke arah tempat yang ingin dituju.

Setibanya baginda di sana, baginda mendampingi tiga adik beradik dari pimpinan bani Thaqif iaitu Abdul Yalii, Mas’ud dan Habib yang semuanya adalah anak kepada Umair al-Thaqafi. Sedih, amat sedih sekali. Jawapan yang selama ini dinanti tidak seindah yang diharapkan, sebaliknya menjadi tamparan hebat kepada usaha baginda. Jawapan yang diterima sememangnya sangat pedih dan menyakitkan hati manusia biasa, waima begitu, kerana peribadi baginda yang mulia, baginda menghadapinya dengan penuh ketenangan tanpa ada walau secebis rasa marah, kesal atau kecewa. Laungan “Allah telah mengoyakkan tirai Kaabah jika engkau diutus sebagai nabi”, “Tak ada orang lainkah untuk diutus oleh Allah selain engkau” dan “Demi Allah aku tak hendak bercakap dengan engkau, sekiranya kau seorang utusan Allah, maka kau adalah lebih berbahaya untuk ku menjawab persoalan kau itu, dan sekiranya kau berdusta, maka tidak seharusnya bagiku menjawab persoalan itu.” Baginda dengan tenang bangkit dan meminta jasa mereka supaya tidak menghebohkan perbincangan-perbincangan itu.

Selama 10 hari lamanya baginda mengajak penduduk Taif untuk memeluk Islam. Hasilnya memang menghampakan. Tiada seorang pembesar pun yang berjaya didakwah, sebaliknya mereka memperguna golongan yang lemah, hamba-hamba dan orang yang kurang akalnya untuk memaki hamun Rasulullah. Golongan pembesar turut menghalau Rasulullah dengan kasar apabila baginda berusaha mendekati mereka: “Ayuh, nyahlah kau dari bumi ini.” Betapa peritnya kata-kata yang diungkapkan tetapi bukan hanya cemuhan, hinaan atau pekikan lolongan yang kasar dan kesat. Baginda dihina dengan begitu tragik di mana golongan yang diperalatkan tadi diperintah untuk berbaris di sepanjang jalan keluar Taif dengan arahan untuk menghujani baginda dengan batu-batu. Lontaran demi lontaran yang ditujukan disertai dengan maki hamun sehingga Zaid membentengkan badannya untuk melindungi Rasulullah, namun baginda merana luka yang teruk sehingga darah melumuri kasut baginda. Hujanan batu tidak berhenti sehinggalah baginda berjaya berlindung di tepi tembok kepunyaan Utbah dan Syaibah, anak-anak lelaki Rabi’ah yang jaraknya 3 batu dari Taif. Setelah berlindung di situ, akhirnya golongan budak nakal dan hamba tadi berpatah balik.

Baginda akhirnya bersandar di bawah pohon anggur dan berdoa munajat kepada Allah. Tertera rasa duka baginda dan rasa kesal kerana tiada siapa yang menyahut seruan dakwahnya:

“Tuhanku kepada Dikau ku mengadu hal keletihan tenagaku, kekurangan helahku, kehinaanku di hadapan manusia, wahai Maha Penyayang Lagi Kasihan belas. Dikaulah Tuhan golongan lemah dan dhaif. Dikaulah Tuhanku, kepada siapa lagi yang hendak ku menyerah? Apakah kepada orang yang jauh membenci daku ? atau kepada seteru yang telah Kau beri kuasa mengatasi daku? Kiranya tiada kemarahan Kau ke atasku, tidaklah kupeduli, namun afiat dariMu lebih luas bagiku, ku berlindung dengan cahayaMu. Dikaulah yang menerangi kegelapan, dengannya urusan di dunia dan di akhirat menjadi baik, aku berlindung denganMu dari terturunnya ke atasku kemurkaanMu, atau terturun kemarahanMu, bagi kau jua tempat kembalinya hingga tercapai keredhaanMu, tiada daya dan upaya kecuali denganMu Ya Tuhan.”

Setelah diperhati oleh adik beradik Rabi’ah timbul rasa belas lalu mereka menyuruh seorang budak suruhan, Addas yang beragama Nasrani:

“Ambil segugus anggur dan berikan kepada orang itu.” Apabila baginda menerimanya, baginda membaca ‘Bismillah’ lalu makan.

Addas tercengang mendengar kalimah yang asing baginya. Tidak pernak disebut ole penduduk kampong itu. Terbit rasa ingin tahu dalam diri, lalu dia berkata:

“Saya berasal dari agama Nasrani dari kampung Ninawa.” Kata Rasulullah:

“Dari kampung lelaki soleh, Yunus Bin Matta itu? Beliau adalah saudara saya. Beliau adalah nabi dan saya adalah nabi.”

Mendengar kenyataan yang amat benar itu, Addas pun memeluk kepala Rasulullah dan dan mencium kedua-dua tangan dan kedua-dua kakinya.

Apabila anak-anak Rabi’ah melihat perlakuan hamba mereka, mereka berkata kepada satu sama lain:

“Nampak gayanya Addas telah dirosakkan.”

Apabila Addas pulang kepada mereka berdua, mereka pun bertanya:

“Rosakkah engkau? Apa itu?”

Addas menjawab bahawa tiada di atas muka bumi insan yang sebaik Rasulullah, di mana baginda telah menceritakan hal-hal yang tidak diketahui orang kecuali barisan golongan nabi. Anak-anak Rabi’ah menjawab bahawa:

“Jangan sampai kau keluar dari agama nenek moyangmu yang lebih baik dari agamanya.”

Setelah itu, baginda berangkat pulang ke Mekah diselubungi perasaan duka. Setibanya baginda di perkampungan Qarn al-Manazil, Allah mengutus Jibrail a.s. bersama-sama malaikat penguasa gunung-ganang untuk mendapat perintah baginda untuk menghempap penduduk Taif dengan bukit Al-Akhsyabain.

Peristiwa ini diungkap dalam hadith yang diriwayat dari Urwah Ibn Zubair bahawa Aishah r.a. pernah meriwayat hadith kepadanya di mana beliau telah bertanya kepada Rasulullah: Adakah pernah tuan merasa lebih berat dari peperangan Uhud? Jawab Rasulullah:

Daku telah menerima penyiksaan dari kaum kau segala-galanya, yang terlebih berat aku tanggungnya ialah peristiwa hari al-Aqabah di hari itu aku telah memperkenalkan diriku kepada anak Abdul Yalii bin Abdul Kalal, namun mereka tetap tidak menyahut seruanku itu, aku beredar dari situ, membawa diri penuh kehibaan dan duka nestapa, tanpa menyedari kecuali setelah sampai ke Qarn al-Tha’alib yang dikenali sebagai Qarn al-Manazil aku mendongak ke langit, tiba-tiba sahaja ku melihat mendung tebal memayungi daku, aku renung lagi, aku dapati Jibril, beliau menyeru daku dengan katanya: Sesungguhnya Allah telahpun mendengar kata-kata kaum kau itu dan segala jawapan dan penolakan mereka terhadapmu itu, justeru itu maka Allah telah mengutus malaikat penguasa gunung-ganang untuk kau perintahkannya bertindak terhadap kaum kau itu, malaikat penguasa gunung-ganang tadi memanggil Baginda serta memberi salam pada aku dan berkata:

Wahai Muhammad, itu dia bukit-bukit, apa yang kau mahu, sekiranya kau mahu aku tangkupkan mereka dengan bukit al-Akhsyabain itu, nescaya ku lakukan. Al-Akhsyabain ialah dua buah bukit di Makkah, iaitu bukit Abu Qubais dan bukit Qaiqa’an. Jawab Rasulullah:

Tapi apa yang ku harapkan ialah agar Allah mengeluarkan zuriat dari keturunan mereka itu benih-benih yang akan menyembah Allah yang Esa tanpa mempersekutukan Allah sesuatu apa pun.

Setelah itu, baginda singgah di Wadi atau lembah Nakhlah di mana di sini terjadi juga suatu peristiwa yang menarik di mana Allah telah mengutus beberapa jin seperti dalam Surah Al-Ahqaf, ayat 29-31:

29. Dan (Ingatlah) ketika kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. ketika pembacaan Telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.

30. Mereka berkata: “Hai kaum kami, Sesungguhnya kami Telah mendengarkan Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.

31. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.

Satu lagi firman Allah seperti dikalamkan dalam Surah Jin, ayat 1-2:

1. Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: Telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami Telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan,

2. (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami,

Setelah hampir sampai ke Mekah, Zaid bertanya kepada Rasulullah, bagaimana baginda hendak masuk ke dalam Mekah:

“Bagaimana pula tuanhamba hendak masuk ke Makkah, sedang mereka telah mengeluarkan tuan hamba dari sana”

Baginda lalu menjawab:

“Wahai Zaid, sesungguhnya Allah (s.w.t) telahpun memberi pertolongan dan jalan keluar, maka sesungguhnya Allah jualah menolong agamaNya dan membantu nabiNya.”

Mereka meneruskan perjalanan sehingga hampir sampai ke Mekah, di mana mereka singgah dan tinggal di Hira’dan baginda meghantar utusan untuk memperoleh perlindungan (suaka). Pertama sekali baginda menghantar utusan kepada kabilah Khuza’ah untuk menemui al-Akhnas bin Syuraiq teteapi ditolak hampa kerana bersekutu dengan Quraisyi. Seterusnya, baginda mengutus kepada Suhail bin Amm tetapi dijawab Suhail bahawa bani Amir tidak memberi suaka kepada bani Kaab hinggalah kepada Mut’am bin ‘Adi, akhirnya Mut’am sanggup memberi suaka. Lalu diperintahnya kaumnya bersiap sedia menggalas senjata untuk melindugi Rasulullah, lalu masuk mereka ke dalam Mekah. Abu Jahal yang melihat kejadian ini menyoal Mut’am akan tindakannya, lalu Mut’am menyatakan bahawa dia hanya memberi perlindungan lalu dibiarkan sahaja oleh Abu Jahal.

Baginda Rasulullah lalu masuk ke dalam Mekah dan solat sunat secara berjemaah di satu sudut Hajar Aswad lalu baginda pun beredar ke rumahnya.

Walau baginda akhirnya pulang, namun pulang bukan dengan membawa parut luka-luka yang berbekas di jiwa, sebaliknya baginda terus berusaha keras untuk menyampaikan risalah agung.


Karakter baginda yang agung menunjukkan bahawa dakwah bukanlah untuk dituju kepada golongan yang tertentu. Ini ditunjukkan oleh Rasulullah semasa dalam perjalanan, baginda terserempak dengan kabilah-kabilah lain sebelum tiba di Taif. Dakwah ini adalah untuk semua. Contoh baik buat kita bahawa sebagai daie, kita telah memilih untuk siapa yang perlu didakwah. Setiap insan yang kita temui, dakwah sudah bertakhta di jiwa dan minda kita. Memang secara dakwah fardhiah, kita memilih orang yang dilihat mempunyai peluang yang cerah dan mudah untuk ditarik bersama-sama merasakan fikrah islam yang syumul. Namun, tidak menjadi suatu tembok yang menghalang kita daripada sentiasa memikirkan cara untuk menarik insan di luar sana kembali kepada fitrah. Bukanlah dengan kata apabila kita mencanangkan tugas dakwah fardhiah, kita tidak mahu mengambil tahu tentang orang lain dan hanya fokus kepada sasaran kita. Ingatlah, Rasulullah sentiasa berdakwah sama rata kepada semua orang.

Singkapan sirah membawa kita merenung kembali keadaan awal dakwah di mana banyak tentangan, mehnah dan ujian-ujian yang datangnya tidak henti-henti. Jika kaum Quraisy menentang hebat jalan yang ditunjukkan, bani Thaqif tidak kurang hebatnya memberi sambutan yang sama kepada junjungan baginda Rasulullah. Sememangnya jalan ini meraih satu kesabaran, keazaman dan tekad yang kental untuk menjadikan seseorang itu thabat. Gamabaran sirah akan penentangan yang bakal diterima menjadi contoh buat pendakwah hari ini. Di mana sahaja kita berada, tidak mungkin tiadanya ujian yang bakal ditempuhi. Kejahatan boleh sahaja berlaku dalam pelbagai cara dan bentuk.. Selain itu, sesuatu yang nampaknya indah mungkin akhirnya menjadi ilusi atau fantasi. Tugas seorang daie itu hanyalah menyampaikan dan mengajak manusia kembali kepada fitrah. Allah berfirman dalam Surah Ibrahim ayat 4:

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya], supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.

Rasulullah sendiri dikalamkan dalam Al Quran hanyalah sebagai penyampai risalah. Allah berfirman seperti dalam Surah Taghabun, ayat 12:


12. Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, jika kamu berpaling Sesungguhnya kewajiban Rasul kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.

Banyak firman lain dalam Al-Quran yang menyatakan bahawa tugas nabi hanyalah menyampaikan dan hanya Allah yang berkuasa memnentukan seperti dalam Surah Ankabuut, ayat 18 dan surah Syuura ayat 42. Senjata utama para daie adalah doa kepada Allah.

Namun, bukanlah bererti daie itu berlepas tangan apabila sesuatu usaha tidak berhasil. Rasulullah sentiasa memikirkan akan perihal ummah baginda sehinggalah di saat kewafatan dengan kesakitan sakratul maut, baginda masih memikirkan tentang nasib ummatnya. Seringkali baginda menangis memikirkan perkara yang akan terjadi kepada umat baginda. Adakah kita menangis memikirkan keadaan insan di dunia sekarang? Doa Rasulullah semasa di kebun anggur menujukkan ketulusan dan keikhlasan baginda dalam menyampaikan risalah ini. Baginda tidak takut akan ancaman dan seksaan manusia tetapi gusar akan kemurkaan Allah. Itulah perasaan yang sepatutnya dikongsi bersama oleh para daie.

Baginda Rasulullah turut merasa dukacita dan hampa, tetapi perasaan itu tidak dibiarkan bermain-main di benak pemikiran. Tiada erti kata putus asa dalam kamus hidup Rasulullah. Suatu ujian yang berjaya dilepasi bakal menjadikan seseorang daie itu bertambah matang dan kental dalam menghadapi cabaran-cabaran dakwah. Ujian sememangnya dijadikan sebagai alat untuk mengukur dan menapis golongan yang tidak mampu atau sanggup untuk memikul beban yang berat ini.

Allah sememnagnya telah berjanji akan memberi kemenangan dalam jalan yang dibawa ini. Sebaik sahaja peristiwa taif, kerana keikhlasan dan kesungguhan baginda, Allah menenangkan perasaan baginda dengan mengutus golongan jin supaya menerima risalah daripada Rasulullah.

Tidak seperti para rasul yang lain, apabila kaum mereka tidak lagi mahu menerima risalah yang dibawa, mereka berdoa kepada Allah untuk menghancurkan golongan manusia yang ingkar. Rasulullah tidak pernah rasa marah atau kecewa dengan ummahnya. Walau ditawar oleh malaikat dengan perintah Allah untuk menghancurkan sahaja penduduk Taif, tetapi rasa sayang dan belas baginda mengatasi segala rasa duka baginda. Baginda mengharapkan akan adanya ornag yang bakal beriman. Pada zaman Khalifah Abu Bakar, apabila keadaan murtad menjadi-jadi di Semenanjung Arab, hanya tiga tempat yang masih utuh, Mekah, Madinah dan Taif. Doa baginda dahulu akhirnya dikabulkan Allah. Jika baginda mengikut perasaan marah baginda, sudah pasti senario akan menjadi sebaliknya. Pangajaran buat daie-daie untuk tidak mengikut perasaan dan sentiasa berbekalkan keikhlasan, sabar dan sifat belas dan sayang kepada manusia kerana dengan sifat-sifat ini mampu untuk menarik manusia kembali menutun jalan yang lurus.

Ayuh bertebaranlah kita di luar sana, memimpin manusia kembali merasakan kemanisan dan keagungan Islam! Banggalah dengan nikmat iman dan Islam yang kita kecapi. Sayu hati menelusuri sejarah yang menyedihkan ini, moga membakar semangat kita untuk terus memartabatkan Islam di muka bumi ini. Tidak redha hati kita melihat thaghut merajalela. Ayuh, bangkitlah dari lena kita!
posted by Hamba Perjuangan @ 10:44 AM   0 comments
HUNAIN- Satu Pengajaran dari Satu kekalahan

Penaklukan dan pembukaan Mekah oleh umat islam telah mengundang kepada ketidaksenangan kebanyakan kaum musyirikin di persekitaran Mekah terutama daripada puak Hawazin dan Thaqif. Mereka ini antara golongan yang terkejut, malah kebingungan dengan kejayaan umat islam membuka kota Mekah namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa tetapi mereka juga tidak dapat menerima hakikat ini.


Dengan itu, mereka merancang untuk membuat serangan ke atas umat islam. Kaum musyrikin yang telah berpakat ini membawa segala kelengkapan perang mereka termasuk harta dan keluarga mereka untuk turut serta di dalam perang ini dan mereka berkumpul di satu kawasan bernama Autas yang berhampiran Lembah Hunain. Dan mereka diketuai oleh Malik bin Auf.


Bagi mengelakkan pertambahan pihak musyrikin yang mungkin akan menyertai puak Hawazin dan Thaqif ini maka Rasulullah s.a.w membuat keputusan untuk menyerang kaum musyrikin ini. pada 6 Syawal tahun 8 Hijrah bersama-sama 12,000 tentera muslimin, Rasulullah meninggalkan kota Mekah menuju ke Lembah Hunain. Tentera muslimin terdiri daripada 10,000 umat islam yang membuka kota Mekah dan 2,000 lagi adalah mereka yang baru sahaja memeluk islam setelah pembukaan kota Mekah.


Mendengarkan berita daripada agen perisikan tentera musyrikin yang Rasulullah telah keluar menuju ke Lembah Hunain dan akan menuju ke markas tentera puak Hawazin dan Thaqif, Malik bin Auf mula menyusun strategi untuk mengalahkan tentera islam secara total. Tenteranya ditempatkan di sepanjang pintu masuk Lembah Hunain dengan askar-askarnya diletakkan di setiap lorong, setiap ruang dan setiap lubang. Mereka ini diarahkan untuk menyerang hendap tentera islam serta merta apabila tentera islam mula memasuki Lembah Hunain.


Dengan tentera islam yang terdiri daripada bilangan yang ramai, ada di antara mereka mengatakan:


“di hari ini kami tidak akan terkalahkan”


kata-kata ini telah sedikit sebanyak menarik perhatian Rasulullah bersama-sama dengan permintaan seorang tentera islam agar disediakan sepohon kayu untuk menjadi tempat meletakkan barang-barang perang yang menjadi kebiasaan bagi kaum arab dalam perang yang kaum musyrikin turut memiliki pohon kayu seperti itu pada waktu itu.


Pada pagi 11 Syawal pertempuran antara tentera islam dan tentera musyrikin berlaku. Khalid Al-Walid mengetuai batalion yang mengetuai batalion lain memasuki Lembah Hunain. Sebaik sahaja mereka memasuki Lembah Hunain, tanpa disangka-sangka, mereka dihujani dengan bilahan anak panah daripada pelbagai arah dan disertai dengan serangan oleh tentera musyrikin. Serangan yang tiba-tiba ini telah menyebabkan tentera islam kehilangan punca dan dalam kebingungan dan haruk piruk, mereka telah berundur ke belakang. Rasulullah ketika itu berada di batalion belakang dengan para sahabat lain kemudiannya memanggil tentera islam untuk tenang dan kembali ke dalam barisan. Terdapat tentera islam yang terus melarikan diri daripada medan perang kerana serangan hendap yang tidak disangka-sangka daripada pihak musyrikin sehinggakan Abu Sufyan mengatakan: “mereka ini tidak akan berhenti kecuali tentera islam telah berundur ke Laut Merah”. Melihat keadaan yang tidak terkawal untuk beberapa ketika, akhirnya Rasulullah tampil ke barisan hadapan tentera islam dan melaungkan

"Allahhu Akbar!!"

Laungan daripada Rasulullah ini telah mendapat sahutan daripada tentera islam dan mereka kembali berkumpul di sekeliling Rasulullah dan menyusun barisan. Kemudian mereka mara untuk menyerang tentara musyrikin. Maka berlaku pertempuran antara tentera islam dan tentera kafir. Rasulullah kemudiannya mengambil segenggam pasir dan ditiupkan kepada pihak musuh dengan doa agar diberi bantuan oleh Allah dalam memerangi pihak kufar. Pasir ini terbang kepada wajah-wajah orang kafir dan dinamik peperangan semakin berubah dengan orang-orang kafir semakin berundur dan lebih banyak kematian disaksikan pada pihak kafir. Dan kemenangan perang ini menjadi milik tentera Islam.


Pada peperangan inilah Allah menurunkan ayat:

” Dan ingatlah peperangan Hunain iaitu kamu menjadi bongkak kerana banyaknya jumlah kamu.maka jumlah yang banyak tidak memberi faedah kepada kamu sedikit pun dan bumi yangluas terasa sempit olehmu kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan orang-orang yang beriman dan Allah menurunkan bala tentera yang kamu tiada melihatnya dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir dan demikian penbalasan kepada orang-orang kafir “. (al-Taubah: 25 - 26)


Di dalam perang Hunain ini juga terkait suatu kisah yang amat menyentuh perasaan, menggamit hati para pencinta Rasulullah saw. Ketika berlakunya upacara membahagikan ghanimah, Rasulullah saw telah berkenan untuk menyerahkan ghanimah kepada orang Quraisy yang baru memeluk Islam. Tindakan ini telah menyebabkan kaum Ansar kurang senang dan ada antara mereka mengatakan;


“semoga Allah mengampuni Rasul-Nya, dia memberi Quraisy dan membiarkan kita padahal pedang-pedang kita masih meneteskan darah mereka”


Rasulullah saw mendengar berita tersebut dan baginda mengumpul kaum Ansar dan bersabda;


“ Hai kaum Ansar, aku telah mendengar perkataan kamu! Bukankah ketika aku datang kamu masih dalam keadaan sesat kemudian Allah memberikan hidayah kepada kamu dengan perantaraan aku? Bukankah ketika itu kamu saling bermusuhan kemudian Allah menyatukan hati kamu dengan perantaraan aku? Bukankah ketika itu kamu masih hidup menderita kemudian Allah mencukupkan kamu dengan perantaraan aku?”


Setiap kali Rasulullah saw bertanya, mereka menjawab,” Benar! Sesungguhnya Allah dan RasulNya lebih pemurah dan utama”.


Selanjutnya Rasulullah saw bertanya,: Hai kaum Ansar, mengapa kamu tidak menjawab?” Mereka berkata,” Apa yang hendak kami katakan wahai Rasulullah? Dan bagaimana kami harus menjawab? Kemuliaan bagi Allah dan RasulNya”.

Rasulullah saw melanjutkan.” Demi Allah, jika kamu mahu, tentu kamu mengatakan yang sebenarnya; “ Anda datang kepada kami sebagai orang yang didustakan kemudian kami benarkan. Anda datang sebagai orang yang dihinakan kemudian kami bela. Anda datang sebagai sebagai seorang yang menderita kemudian kami santuni”


Kaum Ansar menyambut dengan hiba;” Kemuliaan itu bagi Allah dan RasulNya!”

Rasulullah saw meneruskan,” Hai kaum Ansar, apakah kalian jengkel kerana tidak menerima sejumput sampah dunia yang tiada nilainya? Dengan “sampah” itu aku hendak menjinakkan suatu kaum yang baru sahaja memeluk Islam sedangkan kamu semua telah lama Islam. Hai kaum Ansar, apakah kamu tidak puas melihat orang membawa pulang kambing dan unta sedangkan kamu pulang membawa Rasulullah saw? Demi Allah, apa yang kamu bawa pulang adalah lebih baik dari apa yang mereka bawa. Demi Allah yang nyawa Muhammad ditanganNya, kalau bukan kerana hijrah ini nescaya aku menjadi salah seorang Ansar. Seandainya orang lain berjalan di lereng gunung dan kaum Ansar juga berjalan di lereng gunung yang lain, aku pasti turut berjalan di lereng gunung ditempuhi kaum Ansar. Sesungguhnya kamu akan menghadapi diskriminasi sepeninggalanku maka bersabarlah hingga kalian berjumpa denganku di telaga (syurga). Ya Allah, limpahkanlah rahmat-Mu kepada kaum Ansar, kepada anak-anak kaum Ansar, kepada cucu kaum Ansar”.


Mendengar ucapan Nabi saw itu, kaum Ansar menangis hingga janggut mereka basah kerana air mata. Mereka kemudian menjawab;”Kami rela mendapatkan Allah dan RasulNya sebagai pembahagian dan jatah kami”.


Dalam medan pertempuran dalam kita menghadapi musuh, kita memerlukan persiapan dari pelbagai segi: bilangan yang cukup, keperluan yang lengkap dan kesediaan fizikal yang mantap. Namun jangan kita lupa akan persiapan dasar yang paling utama iaitu ketaqwaan dan keimanan. Pada luarannya, tentera islam telah memenangi peperangan fizikal namun, kekalahan dalam lebih memainkan peranan.


Dalam peperangan Hunain inilah kita dapat lihat akan kesilapan yang telah dilakukan oleh para sahabat dalam perang kerana merasa yakin dengan bilangan mereka dan merasa takbur dengan kekuatan mereka. Ini ditambah lagi dengan kejayaan umat islam dalam menakluk dan membuka kota mekah daripada tangan musyrikin.


Perang Hunain ini adalah satu bentuk tarbiyah yang diberikan oleh Allah. Kerana sayangnya Allah kepada hambaNya, maka diberikan kekalahan pada peringkat awal dalam peperangan ini. Allah menjadikan bumi yang kelihatan luas ini sempit pada pandangan umat islam kerana sifat jahiliyah yang tersorok dalam hati mereka.


Imam Ibn al-Qayyim menyatakan bahawa Allah memberikan kekalahan supaya mereka (tentera islam) merasa akan kepahitan kekalahan kemudian barulah diberikan kemenangan supaya kepala yang ditegakkan kerana kemenangan menakluk Mekah dapat ditundukkan supaya malu di hadapanNya.


Agar mereka tidak dapat mengatakan:


“kemenangan ini kerana bilangan kami”


Maka jangan kita abaikan bekalan paling utama dalam perjuangan kita iaitu tarbiyah ketuhanan. Kerana ini adalah pendorong yang dijanjikan jaminan kejayaan oleh Allah sebagaiman firmannya:


“sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan” (An-Nahl:128)


“Katakanlah: Semuanya (datang) adalah dari sisi Allah” (An-Nisaa:78)


Kita berusaha dalam menyediakan keperluan lain seperti fizikal, senjata dan tenaga manusia. Namun sumber kekuatan yang paling utama adalah iman dan taqwa kerana itulah yang kekal di sisiNya. Segala ketentuan dan keputusan akan terpulang padaNya untuk memberikan kepada siapa yang dikehendakiNya. Persiapan harta dan fizikal tidak kekal, motivasi yang datang dari sumber yang tidak kekal juga tidak kekal. Harta dunia akan hilang, senjata akan patah namun iman yang bersinar akan terus bersinar dan datang darinya kekuatan yang memberi kemenangan dalam perjuangan Rasulullah beserta para sahabat. Kerana itu Imam Hassan al-Banna memastikan keimanan sentiasa menjadi tulang belakang dalam perjuangan Ikhwan Muslimin yang dapat membentuk jiwa dan roh yang hidup dengan sinar islam. Kerana dalam perjuangan yang panjang dan jauh pasti akan hanya mendatangkan keletihan bagi jiwa-jiwa yang tidur dan lemah, kosong daripada nilai keimanan. Namun diyakini, jiwa yang hidup dan tersinar darinya pancaran islam yang tidak putus pasti akan dapat mendatangkan kekuatan yang akan memastikan setiap ikhwah itu akan terus berada di dalam jalan juang yang panjang dan jauh ini.


Juga pada kisah yang penuh emosi dan kesedihan Nabi kerana kaum Ansar tidak berpuas hati kepada pembahagian ghanimah, dapat dipelajari betapa hikmahnya tindakan Nabi saw. Juga betapa sayangnya Nabi saw kepada sahabat-sahabatnya dari kaum Ansar. Kaum Ansar yang terdiri dari sahabat-sahabat agung juga terasa hati dengan tindakan Nabi. Namun mereka menginsafi kesalahan mereka, mereka menangis teresak-esak mengakui kesalahan mereka sehingga air mata membasahi wajah dan janggut mereka. Alangkah terharunya kita membawa kisah yang hebat ini, dari Nabi kita dan para sahabat. Hendaklah ia dijadikan iktibar pada kita selaku duah yang menjalankan dakwah Allah di muka bumi.


Wallahua’lam

posted by Hamba Perjuangan @ 10:40 AM   0 comments
TaqWIm
kOMen

BloG SAhaBaT
BP PMRAM

Budak Shoubra

Budak Tanta

Budak Zaqaziq

Budak Morocco
MarHAban BIkuM
KaMI PMRAM
al AzHAr
Previous Post
Archives
Powered by

BLOGGER

© 2005 nagibv2 Blogspot Template by Isnaini Dot Com